Metode Ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Membuat sebuah karya tulis ilmiah tidaklah mudah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya pengetahuan tentang metode penulisan karya ilmiah, kurangnya pengalaman terutama dalam praktik penelitian secara benar, serta minimnya waktu dan dana penelitian. Mungkin tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa bagi para pemula membuat karya tulis ilmiah masih dirasakan sebagai tugas yang sukar. Namun, persepsi ini akan menjadi sebaliknya bila kita memmahami dengan baik prosedurnya.
Pengetahuan yang kita miliki akan sangat bermanfaat bagi orang lain bila pengetahuan ini dipublikasikan. Namun, bila kita menyimpannya untuk diri sendiri saja, pengetahuan ini tidak bermanfaat bagi siapa pun karena tak seorang pun yang tahu. Hal ini akan menjadi lebih buruk lagi bila pengetahuan yang kita miliki itu sebetulnya tidak benar. Dan lebih celaka lagi karena kita sama sekali tidak mengetahui adanya kesalahan ini.
Dalam menuangkan pengalaman dan pengamatan seseorang menjadi karya tulis ilmiah, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Pertama, sesuatu yang ditulis atau diuraikan itu tidaklah mungkin dapat dimengerti orang lain apalagi diamalkan apabila pengalaman dan pengamatan itu tidak dituangkan dalam bentuk karangan dengan bahasa yang jelas, tegas, dan cermat. Syarat ini penting supaya karangan ilmiah dapat dibaca dan dipahami tanpa keragu-raguan dan tanpa terjadi salah tafsir. Kedua, berbeda dengan karya-karya sastra, penulisan karangan ilmiah harus mengikuti kaidah-kaidah yang lazim berlaku. Itulah sebabnya sistematika penulisan karya ilmiah ini perlu dipahami dan dikuasai.
1. 2 Tujuan
1. Memberikan pengetahuan mengenai metode atau cara penulisan karya ilmiah yang baik dan benar.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa menulis suatu karya ilmiah tidaklah sulit jika dilakukan berdasarkan metode-metode yang benar.
3. Membuat pembaca agar termotivasi menuangkan ide, gagasan, pengalaman, dan pengamatannya dalam karya ilmiah.
4. Diharapkan pembaca mampu membuat sebuah karya ilmiah dengan kualitas cukup baik, sehingga dapat berguna umumnya bagi masyarakat luas, khususnya bagi dirinya sendiri.
5. Setelah mempelajari metode penelitian ilmiah ini, diharapkan tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi dalam penulisan suatu karya ilmiah.
6. Membuat pembaca agar memiliki sikap-sikap ilmiah, diantaranya sikap ingin tahu, sikap kritis, terbuka, obyektif, menghargai karya orang lain, berani mempertahankan kebenaran, dan mempunyai pandangan jauh ke depan.
1. 3 Manfaat
1. Pembaca lebih percaya diri untuk membuat sebuah karya ilmiahnya sendiri tanpa menjiplak karya ilmiah orang lain.
2. Pembaca mampu menuangkan ide, gagasan, pengalaman dan pengamatannya dalam bentuk karya ilmiah sehingga dapat berguna bagi masyarakat.
3. Pembaca lebih menghargai suatu karya orang lain.
4. Pembaca menjadi memiliki sikap kritis, terbuka, dan obyektif dalam menghadapi serta memecahkan masalah.
1. 4 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?
2. Apa tujuan mempelajari metode penulisan ilmiah?
3. Apa saja yang termasuk sikap-sikap ilmiah itu?
4. Bagaimana sistematika penulisan ilmiah?
5. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan penulisan ilmiah?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Langkah-Langkah Penyusunan Karya Ilmiah
Maxine Hairston (1986: 6) menyebutkan bahwa tulisan yang baik itu harus bersifat signifikan, jernih, ekonomis, bersifat membangun, dan gramatik (good writing is significant, clear, unifiel, economical, developed, and grammatical). Tentu ini syarat umum dalam sebuah tulisan, mengingat tulisan itu harus dibaca orang. Tulisan memang harus berkaitan (signifikan) dengan suatu permasalahan yang menarik. Kalau tidak, tulisan tersebut tidak akan dibaca. Tulisan juga harus jernis, tidak tendensius, karena unsur subjektif tidak terlalu disenangi para pembaca. Tulisan juga harus ekonomis agar pembaca tidak jenuh saat membaca. Tulisan pun harus bertatabahasa karena itu mencerminkan logika bahasa yang dipakai penulis.
Untuk mendapatkan tulisan yang baik, diperlukan strategi dan langkah-langkah penulisan karya ilmiah secara sistematis. David Nunan (1991) dalam Syihabuddin (2006) merinci tahapan dalam menulis, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi atau perbaikan tulisan. Kegiatan-kegiatan ini untuk menunjukkan bahwa menulis membutuhkan proses yang berkesinambungan. Pada tahap prapenulisan, kita harus menyiapkan beberapa hal yang mendukung terciptanya tulisan, pada tahap penulisan penulis berfokus pada hasil berupa draf tulisan, dan pada saat pascapenulisan fokus penulis diarahkan pada perbaikan tulisan.
McCrimmon (1984:10) menjelaskan bahwa proses menulis terdiri atas tiga tahap, yakni perencanaan, membuat draf, dan merevisi. Perencaan berkait erat dengan bagaimana kita memulai menulis. Demikian pula, bagaimana kita menggunakan memori untuk kepentingan menulis. Membuat draf artinya membuat garis besar tulisan. Merevisi artinya meneliti kembali tulisan agar tidak mengandung kesalahan yang membuat tulisan itu tidak baik. 5
Dalam hal gagasan, DePorter (1999:181) menyebutkan bahwa pengelompokkan (clustering) adalah salah satu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan. Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap:
1. Melihat gagasan dan membuat kaitan antara gagasan.
2. Mengembangkan gagasan yang telah dikemukakan.
3. Menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mencapai suatu konsep.
4. Bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa penyuntingan atau pertimbangan.
5. Memvisualisasikan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah.
6. Mengalami desakan kuat untuk menulis.
Dalam rangka menghindari hambatan-hambatan yang dialami saat menulis, DePorter (1999:187) memberikan kiat-kiat, yakni:
1. Pilihlah suatu topik
2. Gunakan timer untuk jangka waktu tertentu.
3. Mulailah menulis secara kontinu walaupun apa yang Anda tulis adalah―Aku tak tahu apa yang harus kutulis.
4. Saat timer berjalan, hindari:
1) Pengumpulan gagasan
2) Pangaturan kalimat
3) Pemeriksaan tata bahasa
4) Pengulangan kembali
5) Mencoret atau menghapus sesuatu
6) Teruskan hingga waktu habis dan itulah saatnya berhenti.
Proses menulis tidak selalu mengikuti panduan di atas, adakalanya seseorang memiliki cara atau strategi tertentu. Hal ini dapat dibenarkan sepanjang tujuannya sama menghasilkan tulisan yang baik. Banyak penulis yang tidak mau terikat oleh panduan-panduan yang dianggapnya membelenggu. Sebagai sebuah proses kreatif menulis memang tidak selalu dapat diatur dan diurutkan berdasarkan hal-hal di atas, namun juga terdapat spontanitas dan improvisasi yang memiliki posisi penting dalam kreatif menulis. Namun demikian, setiap gagasan atau ide tidak selalu mudah diingat oleh penulis. Oleh karena itu penulis dengan gaya yang dimilikinya tetap harus mencatat ide-ide itu supaya tidak lupa. Cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan membuat rancangan tulisan atau membuat peta pikiran dari calon tulisan yang hendak kita buat. Mungkin rancangan dan peta pikiran tersebut tidak harus formal dan lengkap, hal ini sekadar membantu agar gagasan tidak menguap dan siap dirangkai pada saat menulis.
2.2. Perbaikan Karya Ilmiah
Langkah berikutnya melakukan perbaikan tulisan setelah draf tulisan selesai. Pada saat menulis, hendaknya jangan melakukan perbaikan terlebih dahulu agar gagasan atau materi yang hendak disajikan dapat tertuang secara baik. Proses perbaikan terjadi ketika draf tulisan sudah diselesaikan.
Hal-hal yang hendaknya diperhatikan pada saat perbaikan tulisan adalah faktor kebahasaan dan faktor isi tulisan. Faktor kebahasaan berkait dengan masalah-masalah kebahasaan, seperti ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Faktor kebahasaan merupakan tampilan fisik karya tersebut. Sementara editing isi dilakukan berdasarkan kebutuhan materi yang mesti disajikan dalam tulisan tersebut.
2.3. Publikasi Karya Ilmiah
Publikasi penting dilakukan agar karya ilmiah dapat dibaca banyak orang. Mempublikasikan tulisan berarti kita mengibarkan bendera keilmuan kita. Di samping kemampuan yang sudah kita miliki, hal penting dalam publikasi tulisan adalah keberanian kita untuk mengirimkannya kepada media yang relevan dan kesiapan kita untuk dikritik orang lain.
Menulis untuk media massa berarti menulis untuk kepentingan publik. Oleh karena itu, tulisan yang dibuat harus disesuaikan dengan kebutuhan publik. Media massa (koran, majalah, jurnal) merupakan alat yang efektif untuk menyebabkan pikiran dan gagasan seorang penulis. Persoalannya, bagaimakah tulisan yang cocok untuk media massa tersebut.
1. Tulisan harus aktual
Media selalu menyajikan informasi aktual yang terjadi setiap saat. Informasi aktual tersebut menjadi syarat bagi keberlangsungan sebuah media. Oleh karena masyarakat hanya menghendaki informasi aktual yang disajikan sebuah media. Informasi terkini bukan hanya disajikan dalam ruang berita, tetapi juga dalam ruang opini. Seorang penulis opini, mau tidak mau, harus mengikuti perkembangan informasi agar dia bisa menulis sesuatu yang aktual. Aktualitas berita biasanya menjadi penilaian utama seorang editor media untuk menentukan apakah sebuah tulisan layak dimuat atau tidak.
2. Tulisan harus menarik
Di samping aktual, tulisan tersebut harus menarik. Hal ini berarti sebuah tulisan harus disajikan dengan gaya yang mempersona dan mengambil tema-tema yang menarik perhatian pembaca. Menarik secara penyajian berkonsekuensi pada gaya penulisan seseorang. Kita sering membaca tulisan yang datar-datar saja, tidak komunikatif, dan kurang mengundang ―kepenasaranan pembaca. Secara tema, menarik berarti mengundang perhatian karena tema tersebut dibutuhkan oleh para pembaca. 8
3. Tulisan harus padat isi
Karena kolom media sangat terbatas, sementara media harus memuat banyak hal, dengan demikian bahasa yang disajikan media harus padat isinya. Tulisan di media harus langsung menyentuh persolan yang dibahas atau diulas. Penulis tidak boleh berpanjang-panjang bercerita. Tulisan yang berfokus menjadi syarat sebuah tulisan untuk layak dimuat disebuah media. Oleh karena itu, media biasanya membatasi jumlah halaman atau bait kata untuk sebuah tulisan
4. Tulisan harus bermanfaat
Tulisan yang aktual, menarik, dan disajikan padat isi belumlah cukup syarat untuk dimuat. Tulisan juga harus bermanfaat bagi pembaca. Penerbit koran dan majalah adalah para pekerja professional yang menggantungkan hidupnya dari penerbitan. Mereka hanya memuat tulisan-tulisan yang ―laku dijual kepada konsumennya. Tulisan dimaksud adalah yang mengandung manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, tulisan artikel, kolom, opini, esai dll. merupakan tulisan-tulisan yang tersaji di media dan harus ditulis dengan penuh kebermanfaatan bagi pembaca.
Ketentuan di atas tidak seluruhnya berlaku untuk karya tulis ilmiah, mengingat banyak karya tulis ilmiah yang tidak mengandung unsur aktualitas, namun bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu media yang berbeda menghendaki jenis dan karakteristik tulisan yang berbeda. Namun secara prinsip tulisan yang bermanfaat dan bernilai apabila tulisan tersebut dipublikasikan kepada khalayak. 9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Metode Ilmiah
Kata ilmiah dalam berbagai kesempatan seringkali dipandang sebagai sesuatu yang rumit, terbatas, milik pihak tertentu dan tentu saja sulit dilakukan. Metode dalam karya ilmiah juga sering dipahami sebagai metode suatu karya yang hanya dapat dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang sudah memiliki kadar keilmuan tertentu pula. Metode ilmiah sendiri diartikan sebagai proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol.
Sistematis, berarti metode ilmiah dilakukan secara bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah dan berurutan.
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. Maksudnya adalah bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya harus tersedia datanya yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya, dalam berpikir secara ilmiah dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Namun, terlepas dari semua kerumitan yang diciptakan, sebetulnya metode penulisan karya ilmiah merupakan kegiatan yang sama dengan metode penulisan pada umumnya. Kegiatan menulis pada dasarnya kegiatan menyampaikan atau menyajikan gagasan atau pikiran, informasi, kehendak, kepentingan dan berbagai pesan kepada pihak lain dalam bahasa tulis. Kegiatan menulis karya ilmiah tentu dipahami sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan dan temuan baru dalam suatu bidang ilmu dalam bahasa tulis. Karya ilmiah juga biasanya menggunakan media ilmiah, seperti jurnal ilmiah atau forum ilmiah.
3.2. Tujuan
Karya ilmiah sejatinya merupakan karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karakteristik keilmiahan sebuah karya terdapat pada isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan. Isi karya ilmiah tentu bersifat keilmuan, yakni rasional, objektif, tidak memihak, dan berbicara apa adanya. Isi sebuah karya ilmiah harus fokus dan bersifat spesifik pada sebuah bidang keilmuan secara mendalam.
Kedalaman karya tentu sangat disesuaikan dengan kemampuan sang ilmuwan. Bahasa yang digunakan juga harus bersifat baku, disesuaikan dengan sistem ejaan yang berlaku di Indonesia. Bahasa ilmiah tidak menggunakan bahasa pergaulan, tetapi harus menggunakan bahasa ilmu pengetahuan, mengandung hal-hal yang teknis sesuai dengan bidang keilmuannya. Hal-hal tersebut di atas sangat berkaitan erat dengan bagaimana pemahaman seseorang mengenai metode penulisan karya ilmiah.
Itulah mengapa metode ilmiah penting untuk dipelajari. Dengan demikian, tujuan mempelajari metode ilmiah ini ialah untuk :
1. Meningkatkan keterampilan, baik dalam menulis, menyusun, mengambil kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip yang ada
2. Mengorganisasikan fakta
3. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis
4. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
5. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakapengetahuan yang dapat diandalkan.
3.3. Sikap Ilmiah
Sejauh ini dikenal tujuh hal yang menyangkut sikap ilmiah ilmuwan yang sering kali dilupakan dan diabaikan oleh sebagian penulis karya ilmiah, termasuk mereka yang sudah mencapai strata pendidikan lebih tinggi, bahkan yang tertinggi sekalipun.
3.3.1. Sikap Ingin Tahu
Seserorang yang bersikap ilmiah selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal yang dihadapinya. Ia selalu tertarik tidak saja kepada hal-hal yang lama, tetapi terutama pada hal-hal yang baru. Walaupun hal-hal lama telah dibahas oleh para ahli sebelumnya, mungkin saja untuk pengembangannya masih dibutuhkan pemikiran lebih lanjut. Sebaliknya, hal-hal baru perlu ditelaah sehingga bila perlu dibuat suatu kesimpulan baru.
3.3.2. Sikap Kritis
Orang yang bersikap kritis tidak puas dengan jawaban tunggal. Ia akan selalu berusaha mencari hal-hal yang ada di balik suatu gejala, bahkan yang melatarbelakangi fakta yang dihadapinya. Sikap ingin tahu ini merupakan motivasi kuat dan positif untuk belajar. Rasa ingin tahu semacam ini menyebabkan seseorang mencari informasi sebanyak mungkin, sebelum ia menetapkan pendapat yang akan dikemukakannya. Ia selalu berhati-hati sebelum melakukan suatu tindakan. 12
3.3.3. Sikap Terbuka
Artinya, selalu bersedia mendengar keterangan dana argumentasi orang lain, walapun berbeda dengan pendirian. Orang dengan sikap seperti ini tidak menutup mata terhadap adanya kemungkinan pendapat lain. Itulah sebabanya ia tidak emosional dalam menghadapi kritik, sangkalan bahkan celaan terhadap pendapat yang dikemukakannya.
3.3.4. Sikap Obyektif
Seseorang yang mempunyai sikap obyektif akan mampu mengesampingkan sikap prasangka pribadi (apriori) ataupun kecenderungan yang tidak beralasan terhadap orang lain. Jadi ia berpikir positif. Dengan demikian ia mampu menyatakan sesuatu apa adanya, serta dapat melihat sesuatu secara nyata dan aktual. Orang yang bersikap obyeltif tidak dikuasai oleh pikiran atau perasaaannya sendiri maupun prasangka tetrhadap orang lain.
3.3.5. Menghargai Karya Orang Lain
Berjiwa besar untuk menghargai karya orang lain, tanpa merasa dirinya kecil, merupakan sikap ilmiah yang sangat penting. Kecongkakan biasanya menyebabkan orang tak mampu bersikap obyektif. Kalau ia membuat karya ilmiah, biasanya tulisannnya bernada sombong, memerintah ataupun menggurui. Seorang yang berjiwa ilmiah pantang mengakui karya orang lain sebagai karya orisinil yang berasal dari dirinya. Ia rela dan dengan senang hati akan mengakui dan menyampaikan ucapan terima kasih saat gagasan atau karya orang lain yang ia kutip atau bantuan dalam bentuk apapun yang telah diterimanya.
3.3.6. Berani Mempertahankan Kebenaran
Sikap ilmiah membuat orang berani mengatakan kebenaran dan bila perlu sekaligus mempertahankannya. Kebenaran yang dibelanya ini mungkin berupa tulisan atau hasil penelitiannya sendiri, mungkin pula hasil penemuan karya orang lain. Dengan demikian memiliki keberanian mengemukakan kebenaran, cara berpikir dan sikapnya dalam melakukan penulisan menjadi konsisten. 13
3.3.7. Berpandangan Jauh ke Depan
Orang yang punya pandangan jauh ke depan selalu tanggap terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena sikap ini, ia selalu haus untuk membaca dan mengetahui lebih banyak. Akhirnya, ia akan menganggap bahwa membaca dan menulis sebagai suatu kebutuhan, serta menulis karya ilmiah sebagai suatu kebutuhan profesional.
3.4. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
3.4.1. Bagian pengantar
Bagian pengantar ini berisi :
1) Halaman judul
2) Lembar pengesahan
3) Kata pengantar
4) Daftar isi
5) Daftar table
6) Daftar gambar
7) Daftar lampiran
8) Abstrak
3.4.2. Isi Karya Tulis ilmiah
1) Pendahuluan
Pendahuluan memuat latar belakang penelitian secara ringkas dan padat, dan tujuan. Dukungan teori tidak perlu dimasukkan pada bagian ini, tetapi penelitian sejenis yang sudah dilakukan dapat dinyatakan. Bagian pendahuluan biasanya menjelaskan latarbelakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan hipotesis.
2) Kajian Teoretis
Kajian teoritis ini menjelaskan dasar-dasar teori yang mendukung penelitian guna memperoleh hasil yang ilmiah, tidak menyimpang, dan sesuai
fakta yang ada. Pada bagian ini disebutkan satu atau lebih teori menurut para ahli. Dengan demikian kajian teoretis bukan berdasarkan hasil karangan penulis, tetapi berdasarkan teori yang berlaku.
3) Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian biasanya memuat tempat dan waktu penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Antara satu penelitian dengan penelitian yang lain, prosedur dan tekniknya akan berbeda. Kalau tidak berbeda, berarti penelitian itu hanya mengulang penelitian yang sudah ada sebelumnya. Tapi bukan berarti harus berbeda semuanya. Untuk penelitian sosial misalnya, populasi penelitian mungkin saja sama, tapi teknik samplingnya berbeda, teknik pengumpulan datanya berbeda, analisis datanya berbeda, dan lain.lain.
Mohon diuraikan dengan jelas, bukan hanya mengkopi dari penelitian lain. Kalau mau disertakan penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam kategori penelitian yang mana, mohon diperhatikan dengan baik, jangan asal mengkopi. Bagian ini bisa dibagi menjadi beberapa sub bab, tetapi tidak perlu mencantumkan penomorannya.
4) Pembahasan dan Hasil Penelitian
Bagian ini memuat data (dalam bentuk ringkas), analisis data dan interpretasi terhadap hasil. Pembahasan dilakukan dengan mengkaitkan studi empiris atau teori untuk interpretasi. Jika dilihat dari proporsi tulisan, bagian ini harusnya mengambil proporsi terbanyak, bisa mencapai 50% atau lebih. Bagian ini bisa dibagi menjadi beberapa sub bab, tetapi tidak perlu mencantumkan penomorannya.
5) Kesimpulan, Implikasi, dan saran
Bagian ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran dapat dibuat dalam sub bagian yang terpisah. Kesimpulan menjawab tujuan, bukan mengulang teori, berarti menyatakan hasil penelitian secara ringkas (tapi bukan 15
ringkasan pembahasan). Saran merupakan penelitian lanjutan yang dirasa masih diperlukan untuk penyempurnaan hasil penelitian supaya berdaya guna. Penelitian tentuny tidak selalu berdaya guna bagi masyarakat dalam satu kali penelitian, tapi merupakan rangkaian penelitian yang berkelanjutan.
3.5. Bagian Pelengkap
a. Daftar pustaka
Bagian ini hanya memuat referensi yang benar-benar dirujuk; dengan demikian, referensi yang dimasukkan pada bagian ini akan ditemukan tertulis pada bagian-bagian sebelumnya. Sistematika penulisannya adalah:
1) Menurut abjad.
2) Tidak perlu dikelompokkan berdasarkan buku, jurnal, koran, ataupun berdasarkan tipe publikasi lainnya.
3) Sistematika penulisan untuk buku: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tahun publikasi. Judul buku. Penerbit, kota.
4) Sistematika penulisan untuk jurnal: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tahun publikasi. “Judul tulisan.” Nama jurnal. Volume, nomor. Penerbit, kota.
5) Sistematika penulisan untuk skripsi/tesis/disertasi: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tahun lulus. Judul skripsi/tesis/disertasi. Penerbit, kota.
6) Sistematika penulisan untuk artikel dari internet: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tanggal, bulan, dan tahun download. Judul tulisan. Alamat situs.
7) Sistematika penulian untuk artikel dalam koran/majalah: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tanggal, bulan dan tahun publikasi. “Judul tulisan.” Nama koran. Penerbit, Kota.
16
3.6. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penulisan Ilmiah
Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan metode ilmiah. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah :
1. Mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi masalah
Untuk memulai suatu penelitian empiris dalam rangka menulis karya ilmiah, sebaiknya dimulai dengan mencari atau menemukan “issue” penelitian atau pertanyaan yang relevan dengan bidang studi atau disarankan dengan memilih atau menentukan judul penelitiannya. Pertanyaan penelitian harus sederhana agar researchable.
Langkah selanjutnya adalh membuat judul untuk model yang telah dirumuskan. Dalam merumuskan judul hendaknya judul tersebut harus sudah dapat memberikan gambaran kepada para pembaca tentang apa yang dibahas di dalamnya.
2. Menyusun kerangka pemikiran (logical construct)
Pada dasarnya, kerangka berpikir adalah mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka logis atau kerangka teoritis yang relevan untuk menjawab penyebab terjadinya maslah. Keberhasilan dalam merumuskan kerangka berpikir tercermin oleh teridentifikasinya hubungan variabel yang diteliti dan adanya argumentasi teoritis mengenai hubungan antarvariabel yang diteliti.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah penelitian. Dugaan sementara tersebut diperoleh melalui kerangka berpikir yang didasarkan pada kajian secara analisis dan konklusif. Rumusan hipotesis yang jelas dapat membantu mengerahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah.
4. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran 17
penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
5. Menguji hipotesis secara empirik
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derajat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian. Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
6. Menarik kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya. 18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari materi yang sudah dipaparkan diatas, kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Metode ilmiah diartikan sebagai proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol
2. Sangat penting mempelajari metode ilmiah
3. Untuk menulis karya ilmiah ada perlunya kita mempelajari sikap ilmiah
4. Karya ilmiah memiliki beberapa sistematika dalam penulisannya, antara lain : bagian pengantar, isi karya tulis, dan bagian pelengkap
5. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan metode ilmiah yang terdiri dari beberapa langkah dalam penulisannya
4.2. Saran
Untuk melakukan penulisan karya ilmiah yang bersifat sistematis harus didasarkan dengan metode ilmiah, memperhatikan tujuh hal yang menyangkut sikap ilmiah ilmuwan yang sering kali dilupakan, memperhatikan sistematika yang sudah yang sudah ada, dan memperhatikan langkah-langkah agar penulisan karya ilmiah mendapatkan hasil yang maksimal.
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Membuat sebuah karya tulis ilmiah tidaklah mudah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya pengetahuan tentang metode penulisan karya ilmiah, kurangnya pengalaman terutama dalam praktik penelitian secara benar, serta minimnya waktu dan dana penelitian. Mungkin tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa bagi para pemula membuat karya tulis ilmiah masih dirasakan sebagai tugas yang sukar. Namun, persepsi ini akan menjadi sebaliknya bila kita memmahami dengan baik prosedurnya.
Pengetahuan yang kita miliki akan sangat bermanfaat bagi orang lain bila pengetahuan ini dipublikasikan. Namun, bila kita menyimpannya untuk diri sendiri saja, pengetahuan ini tidak bermanfaat bagi siapa pun karena tak seorang pun yang tahu. Hal ini akan menjadi lebih buruk lagi bila pengetahuan yang kita miliki itu sebetulnya tidak benar. Dan lebih celaka lagi karena kita sama sekali tidak mengetahui adanya kesalahan ini.
Dalam menuangkan pengalaman dan pengamatan seseorang menjadi karya tulis ilmiah, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Pertama, sesuatu yang ditulis atau diuraikan itu tidaklah mungkin dapat dimengerti orang lain apalagi diamalkan apabila pengalaman dan pengamatan itu tidak dituangkan dalam bentuk karangan dengan bahasa yang jelas, tegas, dan cermat. Syarat ini penting supaya karangan ilmiah dapat dibaca dan dipahami tanpa keragu-raguan dan tanpa terjadi salah tafsir. Kedua, berbeda dengan karya-karya sastra, penulisan karangan ilmiah harus mengikuti kaidah-kaidah yang lazim berlaku. Itulah sebabnya sistematika penulisan karya ilmiah ini perlu dipahami dan dikuasai.
1. 2 Tujuan
1. Memberikan pengetahuan mengenai metode atau cara penulisan karya ilmiah yang baik dan benar.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa menulis suatu karya ilmiah tidaklah sulit jika dilakukan berdasarkan metode-metode yang benar.
3. Membuat pembaca agar termotivasi menuangkan ide, gagasan, pengalaman, dan pengamatannya dalam karya ilmiah.
4. Diharapkan pembaca mampu membuat sebuah karya ilmiah dengan kualitas cukup baik, sehingga dapat berguna umumnya bagi masyarakat luas, khususnya bagi dirinya sendiri.
5. Setelah mempelajari metode penelitian ilmiah ini, diharapkan tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi dalam penulisan suatu karya ilmiah.
6. Membuat pembaca agar memiliki sikap-sikap ilmiah, diantaranya sikap ingin tahu, sikap kritis, terbuka, obyektif, menghargai karya orang lain, berani mempertahankan kebenaran, dan mempunyai pandangan jauh ke depan.
1. 3 Manfaat
1. Pembaca lebih percaya diri untuk membuat sebuah karya ilmiahnya sendiri tanpa menjiplak karya ilmiah orang lain.
2. Pembaca mampu menuangkan ide, gagasan, pengalaman dan pengamatannya dalam bentuk karya ilmiah sehingga dapat berguna bagi masyarakat.
3. Pembaca lebih menghargai suatu karya orang lain.
4. Pembaca menjadi memiliki sikap kritis, terbuka, dan obyektif dalam menghadapi serta memecahkan masalah.
1. 4 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?
2. Apa tujuan mempelajari metode penulisan ilmiah?
3. Apa saja yang termasuk sikap-sikap ilmiah itu?
4. Bagaimana sistematika penulisan ilmiah?
5. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan penulisan ilmiah?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Langkah-Langkah Penyusunan Karya Ilmiah
Maxine Hairston (1986: 6) menyebutkan bahwa tulisan yang baik itu harus bersifat signifikan, jernih, ekonomis, bersifat membangun, dan gramatik (good writing is significant, clear, unifiel, economical, developed, and grammatical). Tentu ini syarat umum dalam sebuah tulisan, mengingat tulisan itu harus dibaca orang. Tulisan memang harus berkaitan (signifikan) dengan suatu permasalahan yang menarik. Kalau tidak, tulisan tersebut tidak akan dibaca. Tulisan juga harus jernis, tidak tendensius, karena unsur subjektif tidak terlalu disenangi para pembaca. Tulisan juga harus ekonomis agar pembaca tidak jenuh saat membaca. Tulisan pun harus bertatabahasa karena itu mencerminkan logika bahasa yang dipakai penulis.
Untuk mendapatkan tulisan yang baik, diperlukan strategi dan langkah-langkah penulisan karya ilmiah secara sistematis. David Nunan (1991) dalam Syihabuddin (2006) merinci tahapan dalam menulis, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi atau perbaikan tulisan. Kegiatan-kegiatan ini untuk menunjukkan bahwa menulis membutuhkan proses yang berkesinambungan. Pada tahap prapenulisan, kita harus menyiapkan beberapa hal yang mendukung terciptanya tulisan, pada tahap penulisan penulis berfokus pada hasil berupa draf tulisan, dan pada saat pascapenulisan fokus penulis diarahkan pada perbaikan tulisan.
McCrimmon (1984:10) menjelaskan bahwa proses menulis terdiri atas tiga tahap, yakni perencanaan, membuat draf, dan merevisi. Perencaan berkait erat dengan bagaimana kita memulai menulis. Demikian pula, bagaimana kita menggunakan memori untuk kepentingan menulis. Membuat draf artinya membuat garis besar tulisan. Merevisi artinya meneliti kembali tulisan agar tidak mengandung kesalahan yang membuat tulisan itu tidak baik. 5
Dalam hal gagasan, DePorter (1999:181) menyebutkan bahwa pengelompokkan (clustering) adalah salah satu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan. Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap:
1. Melihat gagasan dan membuat kaitan antara gagasan.
2. Mengembangkan gagasan yang telah dikemukakan.
3. Menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mencapai suatu konsep.
4. Bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa penyuntingan atau pertimbangan.
5. Memvisualisasikan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah.
6. Mengalami desakan kuat untuk menulis.
Dalam rangka menghindari hambatan-hambatan yang dialami saat menulis, DePorter (1999:187) memberikan kiat-kiat, yakni:
1. Pilihlah suatu topik
2. Gunakan timer untuk jangka waktu tertentu.
3. Mulailah menulis secara kontinu walaupun apa yang Anda tulis adalah―Aku tak tahu apa yang harus kutulis.
4. Saat timer berjalan, hindari:
1) Pengumpulan gagasan
2) Pangaturan kalimat
3) Pemeriksaan tata bahasa
4) Pengulangan kembali
5) Mencoret atau menghapus sesuatu
6) Teruskan hingga waktu habis dan itulah saatnya berhenti.
Proses menulis tidak selalu mengikuti panduan di atas, adakalanya seseorang memiliki cara atau strategi tertentu. Hal ini dapat dibenarkan sepanjang tujuannya sama menghasilkan tulisan yang baik. Banyak penulis yang tidak mau terikat oleh panduan-panduan yang dianggapnya membelenggu. Sebagai sebuah proses kreatif menulis memang tidak selalu dapat diatur dan diurutkan berdasarkan hal-hal di atas, namun juga terdapat spontanitas dan improvisasi yang memiliki posisi penting dalam kreatif menulis. Namun demikian, setiap gagasan atau ide tidak selalu mudah diingat oleh penulis. Oleh karena itu penulis dengan gaya yang dimilikinya tetap harus mencatat ide-ide itu supaya tidak lupa. Cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan membuat rancangan tulisan atau membuat peta pikiran dari calon tulisan yang hendak kita buat. Mungkin rancangan dan peta pikiran tersebut tidak harus formal dan lengkap, hal ini sekadar membantu agar gagasan tidak menguap dan siap dirangkai pada saat menulis.
2.2. Perbaikan Karya Ilmiah
Langkah berikutnya melakukan perbaikan tulisan setelah draf tulisan selesai. Pada saat menulis, hendaknya jangan melakukan perbaikan terlebih dahulu agar gagasan atau materi yang hendak disajikan dapat tertuang secara baik. Proses perbaikan terjadi ketika draf tulisan sudah diselesaikan.
Hal-hal yang hendaknya diperhatikan pada saat perbaikan tulisan adalah faktor kebahasaan dan faktor isi tulisan. Faktor kebahasaan berkait dengan masalah-masalah kebahasaan, seperti ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Faktor kebahasaan merupakan tampilan fisik karya tersebut. Sementara editing isi dilakukan berdasarkan kebutuhan materi yang mesti disajikan dalam tulisan tersebut.
2.3. Publikasi Karya Ilmiah
Publikasi penting dilakukan agar karya ilmiah dapat dibaca banyak orang. Mempublikasikan tulisan berarti kita mengibarkan bendera keilmuan kita. Di samping kemampuan yang sudah kita miliki, hal penting dalam publikasi tulisan adalah keberanian kita untuk mengirimkannya kepada media yang relevan dan kesiapan kita untuk dikritik orang lain.
Menulis untuk media massa berarti menulis untuk kepentingan publik. Oleh karena itu, tulisan yang dibuat harus disesuaikan dengan kebutuhan publik. Media massa (koran, majalah, jurnal) merupakan alat yang efektif untuk menyebabkan pikiran dan gagasan seorang penulis. Persoalannya, bagaimakah tulisan yang cocok untuk media massa tersebut.
1. Tulisan harus aktual
Media selalu menyajikan informasi aktual yang terjadi setiap saat. Informasi aktual tersebut menjadi syarat bagi keberlangsungan sebuah media. Oleh karena masyarakat hanya menghendaki informasi aktual yang disajikan sebuah media. Informasi terkini bukan hanya disajikan dalam ruang berita, tetapi juga dalam ruang opini. Seorang penulis opini, mau tidak mau, harus mengikuti perkembangan informasi agar dia bisa menulis sesuatu yang aktual. Aktualitas berita biasanya menjadi penilaian utama seorang editor media untuk menentukan apakah sebuah tulisan layak dimuat atau tidak.
2. Tulisan harus menarik
Di samping aktual, tulisan tersebut harus menarik. Hal ini berarti sebuah tulisan harus disajikan dengan gaya yang mempersona dan mengambil tema-tema yang menarik perhatian pembaca. Menarik secara penyajian berkonsekuensi pada gaya penulisan seseorang. Kita sering membaca tulisan yang datar-datar saja, tidak komunikatif, dan kurang mengundang ―kepenasaranan pembaca. Secara tema, menarik berarti mengundang perhatian karena tema tersebut dibutuhkan oleh para pembaca. 8
3. Tulisan harus padat isi
Karena kolom media sangat terbatas, sementara media harus memuat banyak hal, dengan demikian bahasa yang disajikan media harus padat isinya. Tulisan di media harus langsung menyentuh persolan yang dibahas atau diulas. Penulis tidak boleh berpanjang-panjang bercerita. Tulisan yang berfokus menjadi syarat sebuah tulisan untuk layak dimuat disebuah media. Oleh karena itu, media biasanya membatasi jumlah halaman atau bait kata untuk sebuah tulisan
4. Tulisan harus bermanfaat
Tulisan yang aktual, menarik, dan disajikan padat isi belumlah cukup syarat untuk dimuat. Tulisan juga harus bermanfaat bagi pembaca. Penerbit koran dan majalah adalah para pekerja professional yang menggantungkan hidupnya dari penerbitan. Mereka hanya memuat tulisan-tulisan yang ―laku dijual kepada konsumennya. Tulisan dimaksud adalah yang mengandung manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, tulisan artikel, kolom, opini, esai dll. merupakan tulisan-tulisan yang tersaji di media dan harus ditulis dengan penuh kebermanfaatan bagi pembaca.
Ketentuan di atas tidak seluruhnya berlaku untuk karya tulis ilmiah, mengingat banyak karya tulis ilmiah yang tidak mengandung unsur aktualitas, namun bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu media yang berbeda menghendaki jenis dan karakteristik tulisan yang berbeda. Namun secara prinsip tulisan yang bermanfaat dan bernilai apabila tulisan tersebut dipublikasikan kepada khalayak. 9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Metode Ilmiah
Kata ilmiah dalam berbagai kesempatan seringkali dipandang sebagai sesuatu yang rumit, terbatas, milik pihak tertentu dan tentu saja sulit dilakukan. Metode dalam karya ilmiah juga sering dipahami sebagai metode suatu karya yang hanya dapat dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang sudah memiliki kadar keilmuan tertentu pula. Metode ilmiah sendiri diartikan sebagai proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol.
Sistematis, berarti metode ilmiah dilakukan secara bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah dan berurutan.
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. Maksudnya adalah bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya harus tersedia datanya yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya, dalam berpikir secara ilmiah dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Namun, terlepas dari semua kerumitan yang diciptakan, sebetulnya metode penulisan karya ilmiah merupakan kegiatan yang sama dengan metode penulisan pada umumnya. Kegiatan menulis pada dasarnya kegiatan menyampaikan atau menyajikan gagasan atau pikiran, informasi, kehendak, kepentingan dan berbagai pesan kepada pihak lain dalam bahasa tulis. Kegiatan menulis karya ilmiah tentu dipahami sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan dan temuan baru dalam suatu bidang ilmu dalam bahasa tulis. Karya ilmiah juga biasanya menggunakan media ilmiah, seperti jurnal ilmiah atau forum ilmiah.
3.2. Tujuan
Karya ilmiah sejatinya merupakan karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karakteristik keilmiahan sebuah karya terdapat pada isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan. Isi karya ilmiah tentu bersifat keilmuan, yakni rasional, objektif, tidak memihak, dan berbicara apa adanya. Isi sebuah karya ilmiah harus fokus dan bersifat spesifik pada sebuah bidang keilmuan secara mendalam.
Kedalaman karya tentu sangat disesuaikan dengan kemampuan sang ilmuwan. Bahasa yang digunakan juga harus bersifat baku, disesuaikan dengan sistem ejaan yang berlaku di Indonesia. Bahasa ilmiah tidak menggunakan bahasa pergaulan, tetapi harus menggunakan bahasa ilmu pengetahuan, mengandung hal-hal yang teknis sesuai dengan bidang keilmuannya. Hal-hal tersebut di atas sangat berkaitan erat dengan bagaimana pemahaman seseorang mengenai metode penulisan karya ilmiah.
Itulah mengapa metode ilmiah penting untuk dipelajari. Dengan demikian, tujuan mempelajari metode ilmiah ini ialah untuk :
1. Meningkatkan keterampilan, baik dalam menulis, menyusun, mengambil kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip yang ada
2. Mengorganisasikan fakta
3. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis
4. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
5. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakapengetahuan yang dapat diandalkan.
3.3. Sikap Ilmiah
Sejauh ini dikenal tujuh hal yang menyangkut sikap ilmiah ilmuwan yang sering kali dilupakan dan diabaikan oleh sebagian penulis karya ilmiah, termasuk mereka yang sudah mencapai strata pendidikan lebih tinggi, bahkan yang tertinggi sekalipun.
3.3.1. Sikap Ingin Tahu
Seserorang yang bersikap ilmiah selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal yang dihadapinya. Ia selalu tertarik tidak saja kepada hal-hal yang lama, tetapi terutama pada hal-hal yang baru. Walaupun hal-hal lama telah dibahas oleh para ahli sebelumnya, mungkin saja untuk pengembangannya masih dibutuhkan pemikiran lebih lanjut. Sebaliknya, hal-hal baru perlu ditelaah sehingga bila perlu dibuat suatu kesimpulan baru.
3.3.2. Sikap Kritis
Orang yang bersikap kritis tidak puas dengan jawaban tunggal. Ia akan selalu berusaha mencari hal-hal yang ada di balik suatu gejala, bahkan yang melatarbelakangi fakta yang dihadapinya. Sikap ingin tahu ini merupakan motivasi kuat dan positif untuk belajar. Rasa ingin tahu semacam ini menyebabkan seseorang mencari informasi sebanyak mungkin, sebelum ia menetapkan pendapat yang akan dikemukakannya. Ia selalu berhati-hati sebelum melakukan suatu tindakan. 12
3.3.3. Sikap Terbuka
Artinya, selalu bersedia mendengar keterangan dana argumentasi orang lain, walapun berbeda dengan pendirian. Orang dengan sikap seperti ini tidak menutup mata terhadap adanya kemungkinan pendapat lain. Itulah sebabanya ia tidak emosional dalam menghadapi kritik, sangkalan bahkan celaan terhadap pendapat yang dikemukakannya.
3.3.4. Sikap Obyektif
Seseorang yang mempunyai sikap obyektif akan mampu mengesampingkan sikap prasangka pribadi (apriori) ataupun kecenderungan yang tidak beralasan terhadap orang lain. Jadi ia berpikir positif. Dengan demikian ia mampu menyatakan sesuatu apa adanya, serta dapat melihat sesuatu secara nyata dan aktual. Orang yang bersikap obyeltif tidak dikuasai oleh pikiran atau perasaaannya sendiri maupun prasangka tetrhadap orang lain.
3.3.5. Menghargai Karya Orang Lain
Berjiwa besar untuk menghargai karya orang lain, tanpa merasa dirinya kecil, merupakan sikap ilmiah yang sangat penting. Kecongkakan biasanya menyebabkan orang tak mampu bersikap obyektif. Kalau ia membuat karya ilmiah, biasanya tulisannnya bernada sombong, memerintah ataupun menggurui. Seorang yang berjiwa ilmiah pantang mengakui karya orang lain sebagai karya orisinil yang berasal dari dirinya. Ia rela dan dengan senang hati akan mengakui dan menyampaikan ucapan terima kasih saat gagasan atau karya orang lain yang ia kutip atau bantuan dalam bentuk apapun yang telah diterimanya.
3.3.6. Berani Mempertahankan Kebenaran
Sikap ilmiah membuat orang berani mengatakan kebenaran dan bila perlu sekaligus mempertahankannya. Kebenaran yang dibelanya ini mungkin berupa tulisan atau hasil penelitiannya sendiri, mungkin pula hasil penemuan karya orang lain. Dengan demikian memiliki keberanian mengemukakan kebenaran, cara berpikir dan sikapnya dalam melakukan penulisan menjadi konsisten. 13
3.3.7. Berpandangan Jauh ke Depan
Orang yang punya pandangan jauh ke depan selalu tanggap terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena sikap ini, ia selalu haus untuk membaca dan mengetahui lebih banyak. Akhirnya, ia akan menganggap bahwa membaca dan menulis sebagai suatu kebutuhan, serta menulis karya ilmiah sebagai suatu kebutuhan profesional.
3.4. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
3.4.1. Bagian pengantar
Bagian pengantar ini berisi :
1) Halaman judul
2) Lembar pengesahan
3) Kata pengantar
4) Daftar isi
5) Daftar table
6) Daftar gambar
7) Daftar lampiran
8) Abstrak
3.4.2. Isi Karya Tulis ilmiah
1) Pendahuluan
Pendahuluan memuat latar belakang penelitian secara ringkas dan padat, dan tujuan. Dukungan teori tidak perlu dimasukkan pada bagian ini, tetapi penelitian sejenis yang sudah dilakukan dapat dinyatakan. Bagian pendahuluan biasanya menjelaskan latarbelakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan hipotesis.
2) Kajian Teoretis
Kajian teoritis ini menjelaskan dasar-dasar teori yang mendukung penelitian guna memperoleh hasil yang ilmiah, tidak menyimpang, dan sesuai
fakta yang ada. Pada bagian ini disebutkan satu atau lebih teori menurut para ahli. Dengan demikian kajian teoretis bukan berdasarkan hasil karangan penulis, tetapi berdasarkan teori yang berlaku.
3) Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian biasanya memuat tempat dan waktu penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Antara satu penelitian dengan penelitian yang lain, prosedur dan tekniknya akan berbeda. Kalau tidak berbeda, berarti penelitian itu hanya mengulang penelitian yang sudah ada sebelumnya. Tapi bukan berarti harus berbeda semuanya. Untuk penelitian sosial misalnya, populasi penelitian mungkin saja sama, tapi teknik samplingnya berbeda, teknik pengumpulan datanya berbeda, analisis datanya berbeda, dan lain.lain.
Mohon diuraikan dengan jelas, bukan hanya mengkopi dari penelitian lain. Kalau mau disertakan penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam kategori penelitian yang mana, mohon diperhatikan dengan baik, jangan asal mengkopi. Bagian ini bisa dibagi menjadi beberapa sub bab, tetapi tidak perlu mencantumkan penomorannya.
4) Pembahasan dan Hasil Penelitian
Bagian ini memuat data (dalam bentuk ringkas), analisis data dan interpretasi terhadap hasil. Pembahasan dilakukan dengan mengkaitkan studi empiris atau teori untuk interpretasi. Jika dilihat dari proporsi tulisan, bagian ini harusnya mengambil proporsi terbanyak, bisa mencapai 50% atau lebih. Bagian ini bisa dibagi menjadi beberapa sub bab, tetapi tidak perlu mencantumkan penomorannya.
5) Kesimpulan, Implikasi, dan saran
Bagian ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran dapat dibuat dalam sub bagian yang terpisah. Kesimpulan menjawab tujuan, bukan mengulang teori, berarti menyatakan hasil penelitian secara ringkas (tapi bukan 15
ringkasan pembahasan). Saran merupakan penelitian lanjutan yang dirasa masih diperlukan untuk penyempurnaan hasil penelitian supaya berdaya guna. Penelitian tentuny tidak selalu berdaya guna bagi masyarakat dalam satu kali penelitian, tapi merupakan rangkaian penelitian yang berkelanjutan.
3.5. Bagian Pelengkap
a. Daftar pustaka
Bagian ini hanya memuat referensi yang benar-benar dirujuk; dengan demikian, referensi yang dimasukkan pada bagian ini akan ditemukan tertulis pada bagian-bagian sebelumnya. Sistematika penulisannya adalah:
1) Menurut abjad.
2) Tidak perlu dikelompokkan berdasarkan buku, jurnal, koran, ataupun berdasarkan tipe publikasi lainnya.
3) Sistematika penulisan untuk buku: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tahun publikasi. Judul buku. Penerbit, kota.
4) Sistematika penulisan untuk jurnal: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tahun publikasi. “Judul tulisan.” Nama jurnal. Volume, nomor. Penerbit, kota.
5) Sistematika penulisan untuk skripsi/tesis/disertasi: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tahun lulus. Judul skripsi/tesis/disertasi. Penerbit, kota.
6) Sistematika penulisan untuk artikel dari internet: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tanggal, bulan, dan tahun download. Judul tulisan. Alamat situs.
7) Sistematika penulian untuk artikel dalam koran/majalah: nama penulis (kata terakhir lebih dahulu, lalu nama pertama dan seterusnya). Tanggal, bulan dan tahun publikasi. “Judul tulisan.” Nama koran. Penerbit, Kota.
16
3.6. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penulisan Ilmiah
Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan metode ilmiah. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah :
1. Mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi masalah
Untuk memulai suatu penelitian empiris dalam rangka menulis karya ilmiah, sebaiknya dimulai dengan mencari atau menemukan “issue” penelitian atau pertanyaan yang relevan dengan bidang studi atau disarankan dengan memilih atau menentukan judul penelitiannya. Pertanyaan penelitian harus sederhana agar researchable.
Langkah selanjutnya adalh membuat judul untuk model yang telah dirumuskan. Dalam merumuskan judul hendaknya judul tersebut harus sudah dapat memberikan gambaran kepada para pembaca tentang apa yang dibahas di dalamnya.
2. Menyusun kerangka pemikiran (logical construct)
Pada dasarnya, kerangka berpikir adalah mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka logis atau kerangka teoritis yang relevan untuk menjawab penyebab terjadinya maslah. Keberhasilan dalam merumuskan kerangka berpikir tercermin oleh teridentifikasinya hubungan variabel yang diteliti dan adanya argumentasi teoritis mengenai hubungan antarvariabel yang diteliti.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah penelitian. Dugaan sementara tersebut diperoleh melalui kerangka berpikir yang didasarkan pada kajian secara analisis dan konklusif. Rumusan hipotesis yang jelas dapat membantu mengerahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah.
4. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran 17
penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
5. Menguji hipotesis secara empirik
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derajat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian. Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
6. Menarik kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya. 18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari materi yang sudah dipaparkan diatas, kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Metode ilmiah diartikan sebagai proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol
2. Sangat penting mempelajari metode ilmiah
3. Untuk menulis karya ilmiah ada perlunya kita mempelajari sikap ilmiah
4. Karya ilmiah memiliki beberapa sistematika dalam penulisannya, antara lain : bagian pengantar, isi karya tulis, dan bagian pelengkap
5. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan metode ilmiah yang terdiri dari beberapa langkah dalam penulisannya
4.2. Saran
Untuk melakukan penulisan karya ilmiah yang bersifat sistematis harus didasarkan dengan metode ilmiah, memperhatikan tujuh hal yang menyangkut sikap ilmiah ilmuwan yang sering kali dilupakan, memperhatikan sistematika yang sudah yang sudah ada, dan memperhatikan langkah-langkah agar penulisan karya ilmiah mendapatkan hasil yang maksimal.
Komentar
Posting Komentar